Nurlaeli, SH. MH, CLA.CT: Kekecewaan Mendalam atas Rendahnya Kualitas SDM di Dunia Pendidikan Purwakarta
TRANSFORMASINUSA.COM | Purwakarta, 10 Desember 2024 - Nurlaeli, SH. MH, CLA.CT, seorang Akademisi, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas kondisi pendidikan di Purwakarta, khususnya terkait rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan sekolah.
Pengalaman pahit yang dialaminya saat menangani kasus perundungan yang dilakukan seorang guru terhadap muridnya sendiri, membuat Nurlaeli merasa kecewa dan trauma. Ironisnya, pihak terkait, termasuk Dinas Pendidikan, terkesan menutup-nutupi kesalahan guru tersebut dan justru menyalahkan muridnya.
“Saya mendapatkan keterangan yang tidak sesuai dengan kebenaran. Semua melindungi bahkan menutupi guru tersebut dengan memberikan keterangan menyudutkan muridnya,” ungkap Nurlaeli.
Nurlaeli mencontohkan sikap Kepala Sekolah SMPN Bojong, Agus Supriadi, yang mati-matian membela guru yang bersangkutan. “Dia memberikan pembelaan terus dan memberikan keterangan tidak benar juga sama dinas karena untuk membela Guru guru tersebut,” ujar Nurlaeli.
Nurlaeli juga menyoroti kinerja konselor psikologi dari Dinas Sosial P3K Kab. Purwakarta, Friskalia Kartika Dini, S.Psi.
“Saya menghentikan Kegiatan pendampingan Psikologis yang dilakukan oleh petugas Dinsos yg diwakili oleh Psikolog tersebut dikarenakan Berbahaya Untuk Korban /Anak Asuh sy. Psikolog bertugas tidak Sesuai dengan fungsinya. Membantu pemulihan korban dari trauma Akibat kekerasan, bullying dan Perundungan tersebut. Menjamin Hak Korban, Psikolog dapat memastikan bahwa hak-hak korban terpenuhi selama proses upaya mencari keadilan tersebut berlangsung dan memulihkan kembal kondisi mental korban,” papar Nurlaeli.
Nurlaeli menjelaskan, “Memberikan Resume kesimpulan di Komisi 4 DPRD Purwakarta sesuai dengan keterangan guru guru / pelaku kekerasan yang disampaikan Kepada Psikolog menjadi dasar pendampingan sehingga Itu Sangat Berbahaya Untuk Korban.”
Nurlaeli menyimpulkan rendahnya SDM tidak hanya pada guru, tetapi juga pada Dinas Pendidikan itu sendiri. Sikap mereka yang terkesan membela guru tanpa memperhatikan nasib murid merupakan indikasi ketidaksehatan sistem pendidikan.
“Ini menjadi catatan di dunia pendidikan Purwakarta. Kekeliruan buat Dinas pendidikan dan pihak guru, mereka berfikir Bagaimana Nasib Gurunya? Mereka Tidak berfikir Bagaimana Nasib Muridnya?” tegas Nurlaeli.
Tragisnya, anak asuh Nurlaeli mengalami trauma dan tidak mau bersekolah selama hampir sebulan. Sayangnya, tidak ada perhatian dari guru atau Dinas Pendidikan terhadap dampak perbuatan guru tersebut.
“Sikap mereka sangat memprihatinkan dan menyedihkan, sehingga saya sendiri merasa trauma dengan keadaan sikap mereka,” ungkap Nurlaeli.
Nurlaeli akhirnya memindahkan anak asuhnya karena kehilangan kepercayaan terhadap dunia pendidikan di Purwakarta. Meski kecewa, Nurlaeli memilih untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum dan tetap memberikan kesempatan bagi guru yang bersangkutan beserta guru lain di SMPN 1 Bojong untuk mengevaluasi dan membenahi sistem belajar yang menyimpang dan tidak sehat tersebut.
Nurlaeli juga mengatakan alasan utama mengapa dirinya enggan menindaklanjuti peristiwa kekerasan, bullying, dan perundungan tersebut saat ini. "Saya menjaga marwah guru-guru yang masih banyak berakhlak mulia bertugas sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya," tegas Nurlaeli.
Kisah Nurlaeli menjadi peringatan bagi semua pihak terkait di dunia pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas SDM, mengutamakan kepentingan murid, dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan kondusif bagi proses belajar mengajar.[Red/tim]