NEWS BREAKING NEWS
Live
wb_sunny

Breaking News

Haji untuk Kehidupan dan Peradaban

Haji untuk Kehidupan dan Peradaban

 


Sepertiny haji itu sederhana, suatu ibadah. Sejatinya, tidak. Haji tidak sederhana. Haji adalah program super dahsyat, yang didisain oleh Allah dan dicontohkan pelaksanaannya oleh Nabi Muhammad SAW. Programnya menggabungkan antara traveling, experiencing dan meaning. Tempatnya di Arofah, Muzdalifah, Mina dan Makkah. Tata caranya manasik. Pesertanya 4 juta orang sejagat, durasinya 6 hari efektif dan waktunya di bulan Zulhijjah. Repeat setiap tahun, dan pesertanya berganti terus. Hasilnya mabrur. Spektakuler. Di seantero dunia, tidak ada program sedahsyat ini, di manapun, kapanpun. 


Ketika Nabi Muhammad SAW ditanya, apa tanda haji mabrur, beliau menjawab "memberi makan dan memperbaiki lisan" (HR. Ahmad). Jawabannya tampak sederhana, padahal, sebetulnya itu jawaban yang super duper. Itu jawaban yang sangat cerdas, strategis dan visioner. Memberi makan artinya menyinambungkan kehidupan, karena memang tidak ada kehidupan tanpa makanan. Memperbaiki perkataan artinya membangun peradaban, karena tidak peradaban tanpa perkataan (komunikasi).


Kehidupan dan Peradaban


Jika outcome haji mabrur adalah 'memberi makan', maka itu artinya haji menjadi fondasi bagi bangunan  kehidupan. Tentu saja frasa 'memberi makan' bukan sekedar berbagi makanan, seperti berbagi nasi berkah, jumat berkah (nasi bungkus), menjamu makan atau makan gratis, bukan. Lebih dari itu, 'memberi makan' adalah projek besar makanan sebagai penopang kehidupan. 


Di balik frasa 'memberi makan', sejatinya adalah industri makanan, yang harus digerakkan sejak dari sektor hulu, processing dan sektor hilir. Di hulu meliputi produksi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan pengairan. Terdapat di dalamnya adalah teknologi penopang dalam berbagai ragamnya. Sektor processing adalah pengolahan dan aneka ragam teknologinya. Sektor hilir adalah deliverinya hingga sampai ke kelompok masyarakat, baik secara komersil maupun sosial. 


Artinya, frasa 'memberi makan' tidak sederhana. Ia adalah jantung kehidupan manusia. Bayangkan output suatu ibadah adalah justru untuk kesinambungan kehidupan. Karena tidak seorang manusia pun, yang bisa lepas dari makanan. Dan itulah hasil dari proses yang sangat hebat, ibadah haji. 


Di sisi lainnya, Rasulullah SAW mengatakan tanda haji mabrur adalah 'perbaiki perkataan atau sebarkan salam', atau dalam bahasa Al Quran bermakna qaulan sadida, perkataan yang baik. Frasa 'perbaiki perkataan' ini bahkan dapat dipahami lebih luas lagi. 'Perkataan' bermakna proses komunikasi manusia, bahwa tidak ada masyarakat tanpa komunikasi, tidak ada peradaban lepas dari proses komunikasi. Maju mundurnya suatu bangsa adalah karena kualitas komunikasi; mulai dari komunikasi intrapersonal, interpersonal, komunikasi kelompok, organisasi, komunikasi publik dan komunikasi politik. Betapa luas dan visionernya Nabi Muhammad ketika mengatakan 'perbaiki perkataan', karena inilah kunci pembentukan peradaban manusia.


Dengan demikian maksud dari haji mabrur begitu luas cakupannya dan betapa banyak aspeknya. Artinya, haji mabrur itu adalah perbaikan kualitas kehidupan dan peradaban manusia itu sendiri. Dengan begitu maka investasi haji yang sebegitu besar, akan sebanding dengan hasil yang diharapkan, yang kelak dapat dicapai oleh para jamaah haji.


Itulah mengapa Allah mewajibkan manusia untuk haji. Bahwa perbaikan kualitas kehidupan dan peradaban itu mustahil tanpa bimbingan spiritual dari Allah. Di situlah para jamaah haji dan semua penyelenggara serta pelayan haji harus berusaha keras, berikhtiar maksimal, agar para Haji benar-benar mendapatkan pengajaran yang besar dari Allah.


Penutup


Allah sendiri menegaskan bahwa jika manusia mengingkari keinginan untuk melaksanakan haji, maka Allah sungguh Maha Kaya dan tidak membutuhkan mereka. Artinya, melaksanakan haji adalah untuk manusia itu sendiri. Allah telah menyediakan jalan dan caranya, tinggal manusialah yang menjalankannya secara maksimal.


Maka semua rangkaian pelaksanaan haji haruslah benar-benar dipahami, dimaknai dan dihayati semantab-mantabnya. Bukan sekedar melunaskan kewajiban Rukun Islam atau bahkan riya dengan gelar haji, atau sekedar pelesir traveling, bukan.


Semua rangkaian haji, mulai dari Ihram, Tarwiyah, Wukuf, Mabit di Muzdalifah, Lontar Jumrah, Mabit di Mina, Tawaf Ifadhah, Sa'i, Wada', plus Ka'bah, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, tidak hanya harus benar-benar dijalankan dengan sesuai Sunnah Nabi SAW, tetapi juga harus dimaknai dengan benar, sesuai dengan tujuan yang melekat di dalamnya, yaitu meraih haji mabrur, memperbaiki kehidupan dan peradaban manusia. Wallahu a'lam bisshawwab.

TRANSFORMASINUSA NEWS

TNC GROUP CHATT ME

Kritik dan Sarang bisa melalui kolom dibawah ini,Terima Kasih