Tahanan Palestina Disiksa Secara tak Manusiawi, Dipukuli Siang-Malam
TRANSFORMASINUSA COM | Adib Al-Samoudi (37 tahun) akhir bebas setelah diculik Israel dan dipenjara selama 2,5 tahun di Penjara Gilboa. Ia keluar dengan kondisi memprihatinkan dan butuh perawatan. Mata dan sekujur tubuh menjadi saksi penyiksaan yang dialami seluruh tahanan Palestina di penjara Israel.
Adib merupakan warga Palestina dari Jenin, Tepi Barat. Setelah tiba di rumah, dia mengeluhkan nyeri dada dan punggung yang parah. Saat diperiksa, teruangkap bahwa dia mengalami patah tulang rusuk yang menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru.
Adib menceritakan kondisi sekitar 8.000 warga Palestin di penjara Israel secara umum, dan secara khusus di Penjara Gilboa. Para tahanan sering kali dipukuli tanpa alasan, dan sesuai dengan mood penjaga penjara.
“Mereka bisa masuk kapan saja dan memukuli kami dengan tongkat dan pentungan di seluruh tubuh kami,” kat Adib, dikutip Aljazeera Arabic, Selasa (14/5/2024).
“Sejak dimulainya perang di Gaza, penjara Gilboa telah menjadi seperti tempat ‘penyembelihan’ bagi para tahanan. Penyiksaan yang kami alami belum pernah terjadi sebelumnya di penjara. Pukulan sering dimulai pada pagi hari, dan terkadang sebelum tidur, dan tentu saja, kami tidak diberi akses untuk perawatan meskipun kami terluka atau patah setelah penyiksaan.”
Menghapus Darah dari Kepala
Adib tak menceritakan penderitaan dan penyiksaan yang dia alami di dalam penjara. Namun, dia memberikan kesaksian tentang penyiksaan salah satu tahanan paling menonjol di penjara Israel, yaitu Syaikh Ibrahim Hamed (57 tahun), seorang pemimpin Hamas yang ditahan sejak 2006, dan dihukum penjara seumur hidup sebanyak 54 kali.
Adib bertemu dengan Syaikh Hamed setelah dipindahkan dari Penjara Naqab ke Penjara Gilboa pada 8 Mei. Dia menggambarkan kondisi kesehatan Syaikh yang buruk setelah disiksa dan terluka parah di kepala.
“Syaikh Ibrahim Hamed datang ke ruangan tempat saya berada di Penjara Gilboa, dan dia tampak seperti orang yang telah disiksa dengan darah menutupi pakaiannya, dia bahkan tidak mampu berdiri atau berbicara.”
Syekh Ibrahim Hamed kehilangan kesadaran empat kali sejak kedatangannya. Para tahanan mencoba membantunya duduk, karena tidak mampu duduk atau bergerak sendiri. Dia sangat lemah, dan bekas luka dan penyiksaan meliputi seluruh tubuh. Dia butuh pengobatan segera.
“Saya menghapus darah dari kepalanya dan tangannya, dan saya yakin dia memiliki tiga luka di kepala, satu di antaranya memiliki kedalaman 3 sentimeter, pakaiannya tertutup darah, dan jelas bahwa dia telah dipukuli dengan keras dan lama selama perjalanan ke penjara Gilboa. Kami mencoba memberinya makan tetapi dia tidak bisa makan, bahkan bicara,” kata Adib.
Adib menghabiskan semalam bersama Syekh Hamed sel Penjara Gilboa. Syaikh Hamed tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, karena kelelahan dan rasa sakit.
Sementara itu, manajemen penjara kembali melakukan penyiksaan padanya saat pagi datang. Penjaga itu memasuki sel pada pukul 06.00 lalu mulai memukul Syekh Hamed bersama tahanan lain di dalam sel, termasuk Adib. Mereka dipukul menggunakan pentungan besi dan terpusat di punggung, kepala, dan kaki.