Pakar Militer: Operasi Rafah Politis, Otak Licik Netanyahu di Tengah Negosiasi Gencatan Senjata
TRANSFORMASINUSA COM | Media Sosial diramaikan dengan tagar All Eyes on Rafah merujuk pada upaya militer Israel menginvasi Rafah, Jalur Gaza selatan. Rafah merupakan wilayah ‘aman’ terakhir warga sipil Jalur Gaza.
Hatem Kareem Alfalahi, pakr militer dan strategis, mengungkapkan, upaya invasi darat Israel ke Rafah yang dimulai dengan menguasai perlintasan Rafah merupakan langkah politis Benjamin Netanyahu. PM Netanyahu ingin memberikan tekanan politik terkait negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan Hamas.
Operasi militer di Gaza difokuskan di sekitar distrik Netzarim yang memisahkan Jalur Gaza utara dari pusat dan Jalur Gaza selatan, juga area timur Kota Rafah di Jalur Gaza selatan, yang membentang dari pagar perbatasan hingga sejauh tiga kilometer.
“Perkembangan pertempuran di Rafah masih terbatas, karena serangan terbatas hanya terjadi di wilayah sempit di sebelah timur kota perbatasan dengan Mesir,” kata Hatem, dikutip Aljazeera Arabic, Kamis (9/5/2024).
Hateem meyakini operasi Israel itu merupakan tekanan politik terkait negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tawanan. Operasi itu bukan untuk mencapi tujuan perang, sebagaimana yang Israel klaim. Pengeboman intensif Israel terhadap gedung-gedung tinggi di Rafah untuk “mencegah pemanfaatan bangunan-bangunan ini oleh perlawanan untuk operasi pemantauan dan penembakan terhadap pasukan militer Israel”.
“Israel berhati-hati dalam kemajuannya di wilayah tersebut, mencoba untuk mengamankan daerah-daerah yang berdekatan antara kota-kota Khan Yunis dan Rafah sebelum memperdalam operasi, yang mencakup pertempuran di atas dan di bawah tanah,” tutur Hatem.
Di sisi lain, Hatem percaya bahwa tujuan strategis dari perang Israel sudah buntu. Itu karena Israel harus menelan pahit setelah tak bisa membebaskan satupun tawanan dari Jalur Gaza. Israel harus menerima fakta bahwa pembebasan tawanan hanya bisa dilakukan melalui pertukaran tahanan.
“Sementara, di distrik Netzarim, faksi-faksi perlawanan Palestina meningkatkan gempuran dengan mortir dan roket jarak pendek terhadap pasukan militer di daerah tersebut selama tiga hari terakhir. Gempuran itu untuk menyebabkan kerugian besar dan memaksa mereka untuk mundur,” ujar Hatem.